Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Minggu, 08 Mei 2011

Sejarah Hidup Muhammad

Perintah hijrah - Ali di tempat tidur Nabi - Di gua
Thaur - Berangkat ke Yathrib - Cerita Suraqa b.
Ju'syum - Muslimin Medinah menantikan kedatangan Rasul
- Islam di Yathrib - Muhammad memasuki Medinah

RENCANA Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari, karena
dikuatirkan ia akan hijrah ke Medinah dan memperkuat diri di
sana serta segala bencana yang mungkin menimpa Mekah dan
menimpa perdagangan mereka dengan Syam sebagai akibatnya,
beritanya sudah sampai kepada Muhammad. Memang tak ada orang
yang menyangsikan, bahwa Muhammad akan menggunakan kesempatan
itu untuk hijrah. Akan tetapi, karena begitu kuat ia dapat
menyimpan rahasia itu, sehingga tiada seorangpun yang
mengetahui, juga Abu Bakr, orang yang pernah menyiapkan dua
ekor unta kendaraan tatkala ia meminta ijin kepada Nabi akan
hijrah, yang lalu ditangguhkan, hanya sedikit mengetahui
soalnya. Muhammad sendiri memang masih tinggal di Mekah ketika
ia sudah mengetahui keadaan Quraisy itu dan ketika kaum
Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian
kecil. Dalam ia menantikan perintah Tuhan yang akan mewahyukan
kepadanya supaya hijrah, ketika itulah ia pergi ke rumah Abu
Bakr dan memberitahukan, bahwa Allah telah mengijinkan ia
hijrah. Dimintanya Abu Bakr supaya menemaninya dalam hijrahnya
itu, yang lalu diterima baik oleh Abu Bakr.

Di sinilah dimulainya kisah yang paling cemerlang dan indah
yang pernah dikenal manusia dalam sejarah pengejaran yang
penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan dan iman. Sebelum itu
Abu Bakr memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang
diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah b. Uraiqiz sampai
nanti tiba waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah
siap-siap akan meninggalkan Mekah mereka sudah yakin sekali,
bahwa Quraisy pasti akan membuntuti mereka. Oleh karena itu
Muhammad memutuskan akan menempuh jalan lain dari yang biasa,
Juga akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.

Pemuda-pemuda yang sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnya
malam itu sudah mengepung rumahnya, karena dikuatirkan ia akan
lari. Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan
kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau
dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya.
Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di
Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
kepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang sudah disiapkan
Quraisy, dari sebuah celah mengintip ke tempat tidur Nabi.
Mereka melihat ada sesosok tubuh di tempat tidur itu dan
merekapun puas bahwa dia belum lari.

Tetapi, menjelang larut malam waktu itu, dengan tidak setahu
mereka Muhammad sudah keluar menuju ke rumah Abu Bakr. Kedua
orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang, dan
terus bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Bahwa tujuan
kedua orang itu melalui jalan sebelah kanan adalah di luar
dugaan.

Tiada seorang yang mengetahui tempat persembunyian mereka
dalam gua itu selain Abdullah b. Abu Bakr, dan kedua orang
puterinya Aisyah dan Asma, serta pembantu mereka 'Amir b.
Fuhaira. Tugas Abdullah hari-hari berada di tengah-tengah
Quraisy sambil mendengar-dengarkan permufakatan mereka
terhadap Muhammad, yang pada malam harinya kemudian
disampaikannya kepada Nabi dan kepada ayahnya. Sedang 'Amir
tugasnya menggembalakan kambing Abu Bakr' sorenya
diistirahatkan, kemudian mereka memerah susu dan menyiapkan
daging. Apabila Abdullah b. Abi Bakr keluar kembali dari
tempat mereka, datang 'Amir mengikutinya dengan kambingnya
guna menghapus jejaknya.

Kedua orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara
itu pihak Quraisy berusaha sungguh-sungguh mencari mereka
tanpa mengenal lelah. Betapa tidak. Mereka melihat bahaya
sangat mengancam mereka kalau mereka tidak berhasil menyusul
Muhammad dan mencegahnya berhubungan dengan pihak Yathrib.
Selama kedua orang itu berada dalam gua, tiada hentinya
Muhammad menyebut nama Allah. KepadaNya ia menyerahkan
nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala persoalan akan
kembali. Dalam pada itu Abu Bakr memasang telinga. Ia ingin
mengetahui adakah orang-orang yang sedang mengikuti jejak
mereka itu sudah berhasil juga.

Kemudian pemuda-pemuda Quraisy - yang dari setiap kelompok di
ambil seorang itu - datang. Mereka membawa pedang dan tongkat
sambil mundar-mandir mencari ke segenap penjuru. Tidak jauh
dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang
lalu ditanya.

"Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat
ada orang yang menuju ke sana."

Ketika mendengar jawaban gembala itu Abu Bakr keringatan.
Kuatir ia, mereka akan menyerbu ke dalam gua. Dia menahan
napas tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya kepada
Tuhan. Lalu orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi
kemudian ada yang turun lagi.

"Kenapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?" tanya
kawan-kawannya.

"Ada sarang laba-laba di tempat itu, yang memang sudah ada
sejak sebelum Muhammad lahir," jawabnya. "Saya melihat ada dua
ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui
tak ada orang di sana."

Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga makin
ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad
berbisik di telinganya:

"Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita."

Dalam buku-buku hadis ada juga sumber yang menyebutkan, bahwa
setelah terasa oleh Abu Bakr bahwa mereka yang mencari itu
sudah mendekat ia berkata dengan berbisik:

"Kalau mereka ada yang menengok ke bawah pasti akan melihat
kita."

"Abu Bakr, kalau kau menduga bahwa kita hanya berdua,
ketiganya adalah Tuhan," kata Muhammad.

Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua itu tak ada
manusia tatkala dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di
mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat masuk ke dalamnya
tanpa menghalau dahan-dahan itu. Ketika itulah mereka lalu
surut kembali. Kedua orang bersembunyi itu mendengar seruan
mereka supaya kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman
Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan kepada Rasul.

"Alhamdulillah, Allahuakbar!" kata Muhammad kemudian.

Sarang laba-laba, dua ekor burung dara dan pohon. Inilah
mujizat yang diceritakan oleh buku-buku sejarah hidup Nabi
mengenai masalah persembunyian dalam gua Thaur itu. Dan pokok
mujizatnya ialah karena segalanya itu tadinya tidak ada.
Tetapi sesudah Nabi dan sahabatnya bersembunyi dalam gua, maka
cepat-cepatlah laba-laba menganyam sarangnya guna menutup
orang yang dalam gua itu dari penglihatan. Dua ekor burung
dara datang pula lalu bertelur di jalan masuk. Sebatang
pohonpun tumbuh di tempat yang tadinya belum ditumbuhi.
Sehubungan dengan mujizat ini Dermenghem mengatakan:

"Tiga peristiwa itu sajalah mujizat yang diceritakan oleh
sejarah Islam yang benar-benar: sarang laba-laba, hinggapnya
burung dara dan tumbuhnya pohon-pohonan. Dan ketiga keajaiban
ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi."

Akan tetapi mujizat begini ini tidak disebutkan dalam Sirat
Ibn Hisyam ketika menyinggung cerita gua itu. Paling banyak
oleh ahli sejarah ini disebutkan sebagai berikut:

"Mereka berdua menuju ke sebuah gua di Gunung Thaur sebuah
gunung di bawah Mekah - lalu masuk ke dalamnya. Abu Bakr
meminta anaknya Abdullah supaya mendengar-dengarkan apa yang
dikatakan orang tentang mereka itu siang hari, lalu sorenya
supaya kembali membawakan berita yang terjadi hari itu. Sedang
'Amir b. Fuhaira supaya menggembalakan kambingnya siang hari
dan diistirahatkan kembali bila sorenya ia kembali ke dalam
gua. Ketika itu, bila hari sudah sore Asma, datang membawakan
makanan yang cocok buat mereka ... Rasulullah s.a.w. tinggal
dalam gua selama tiga hari tiga malam. Ketika ia menghilang
Quraisy menyediakan seratus ekor unta bagi barangsiapa yang
dapat mengembalikannya kepada mereka. Sedang Abdullah b. Abi
Bakr siangnya berada di tengah-tengah Quraisy mendengarkan
permufakatan mereka dan apa yang mereka percakapkan tentang
Rasulullah s.aw. dan Abu Bakr, sorenya ia kembali dan
menyampaikan berita itu kepada mereka.

'Amir b. Fuhaira - pembantu Abu Bakr - waktu itu
menggembalakan ternaknya di tengah-tengah para gembala Mekah,
sorenya kambing Abu Bakr itu diistirahatkan, lalu mereka
memerah susu dan menyiapkan daging. Kalau paginya Abdullah b.
Abi Bakr bertolak dari tempat itu ke Mekah, 'Amir b. Fuhaira
mengikuti jejaknya dengan membawa kambing supaya jejak itu
terhapus. Sesudah berlalu tiga hari dan orangpun mulai tenang,
aman mereka, orang yang disewa datang membawa unta kedua orang
itu serta untanya sendiri... dan seterusnya."

Demikian Ibn Hisyam menerangkan mengenai cerita gua itu yang
kami nukilkan sampai pada waktu Muhammad dan sahabatnya keluar
dari sana.

Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibunuh itu
serta tentang cerita gua ini datang firman Tuhan demikian:

"Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy) itu berkomplot
membuat rencana terhadap kau, hendak menangkap kau, atau
membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka membuat rencana dan
Allah membuat rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik."
(Qur'an, 8: 30)

"Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang telah
menolongnya tatkala dia diusir oleh orang-orang kafir
(Quraisy). Dia salah seorang dari dua orang itu, ketika
keduanya berada dalam gua. Waktu itu ia berkata kepada
temannya itu: 'Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!' Maka
Tuhan lalu memberikan ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya
dengan pasukan yang tidak kamu lihat. Dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah
itulah yang tinggi. Dan Allah Maha Kuasa dan Bijaksana."
(Qur'an, 9: 40)

Pada hari ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa
orang sudah tenang kembali mengenai diri mereka, orang yang
disewa tadi datang membawakan unta kedua orang itu serta
untanya sendiri. Juga Asma, puteri Abu Bakr datang membawakan
makanan. Oleh karena ketika mereka akan berangkat tak ada
sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan dan minuman
pada pelana barang, Asma, merobek ikat pinggangnya lalu
sebelahnya dipakai menggantungkan makanan dan yang sebelah
lagi diikatkan. Karena itu ia lalu diberi nama
"dhat'n-nitaqain" (yang bersabuk dua).

Mereka berangkat. Setiap orang mengendarai untanya
sendiri-sendiri dengan membawa bekal makanan. Abu Bakr membawa
limaribu dirham dan itu adalah seluruh hartanya yang ada.
Mereka bersembunyi dalam gua itu begitu ketat. Karena mereka
mengetahui pihak Quraisy sangat gigih dan hati-hati sekali
membuntuti, maka dalam perjalanan ke Yathrib itu mereka
mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang. Abdullah b.
'Uraiqit - dari Banu Du'il - sebagai penunjuk jalan, membawa
mereka hati-hati sekali ke arah selatan di bawahan Mekah,
kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh karena
mereka melalui jalan yang tidak biasa ditempuh orang, di
bawanya mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan
agak menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit dilalui
orang.

Kedua orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan
di waktu siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka
pedulikan kesulitan, tidak lagi mereka mengenal lelah. Ya,
kesulitan mana yang lebih mereka takuti daripada tindakan
Quraisy yang akan merintangi mereka mencapai tujuan yang
hendak mereka capai demi jalan Allah dan kebenaran itu!
Memang, Muhammad sendiri tidak pernah mengalami kesangsian,
bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi "jangan kamu mencampakkan
diri ke dalam bencana." Allah menolong hambaNya selama hamba
menolong dirinya dan menolong sesamanya. Mereka telah
melangkah dengan selamat selama dalam gua.

Akan tetapi apa yang dilakukan Quraisy bagi barangsiapa yang
dapat mengembalikan mereka berdua atau dapat menunjukkan
tempat mereka, wajar sekali akan menarik hati orang yang hanya
tertarik pada hasil materi meskipun akan diperoleh dengan
jalan kejahatan. Apalagi jika kita ingat orang-orang Arab
Quraisy itu memang sudah menganggap Muhammad musuh mereka.
Dalam jiwa mereka terdapat suatu watak tipu-muslihat, bahwa
membunuh orang yang tidak bersenjata dan menyerang pihak yang
tak dapat mempertahankan diri, bukan suatu hal yang hina.
Jadi, dua orang itu harus benar-benar waspada, harus membuka
mata, memasang telinga dan penuh kesadaran selalu.

Dugaan kedua orang itu tidak meleset. Sudah ada orang yang
datang kepada Quraisy membawa kabar, bahwa ia melihat
serombongan kendaraan unta terdiri dari tiga orang lewat.


oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar