Inti
ajaran Islam adalah tauhid. Yakni tidak menyem-bah kepada selain Allah. Dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tauhid akan menentukan
kemuslim-an seseorang. Muslim adalah seorang yang bertauhid dan beriman kepada
seluruh bagian dari aqidah Islam. Tauhid pula yang akan menentukan apakah
seseorang akan menjadi ahli surga atau ahlu an-Naar. Dalam
masalah tauhid hanya ada dua kemungkinan : iman atau kafir dan tauhid atau
syirik. Tidak ada kemungkinan ketiga atau tengah-tengah diantara keduanya.
Memurnikan tauhid
Menjadi kewajiban setiap muslim
untuk senantiasa memantapkan dan memurnikan tauhidnya dengan cara menjauhi
syirik.
إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا
وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا
يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ
وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Sesungguhnya apa yang kamu
sembah selain Allah itu hanyalah berhala dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya
yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberi rizki kepadamu, karena
itu carilah rizki itu disisi Allah dan sembahlah Dia serta bersyukurlah
kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.” (QS.
al-Ankabut [29] : 17)
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ
مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ
غَافِلُونَ(5)وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا
بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ(6)
“Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat
memperkenankan (do’a)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari memperhatikan
do’a mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya
sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan
mereka” (QS. al-Ahqaf [46] : 5-6)
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ
وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ
قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“Atau siapakah yang
memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya
dan yang menghilangkan kesusahannya serta yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Rab yang lain? Amatlah
sedikit kamu mengingat-Nya.” (QS. an-Naml [27] : 62)
Syirik
Berbagai macam bentuk syirik pernah
dilakukan oleh manusia di masa Rasulullah. Dalam bentuk sedikit berbeda, syirik
juga dilakukan oleh orang-orang yang katanya modern sekarang ini. Seperti
penggunaan benda-benda tertentu (keris, patung gajah, guci, bunga, kemenyan,
batu akik, susuk dan sebagainya) sebagai penolak balak atau pendatang
keberuntungan dan rizki. Juga kepercayaan terhadap ramalan, termasuk ramalan
bintang (astrologi); lalu kepercayaan terhadap hubungan antara bentuk arah
rumah, pintu, jendela, tanggal pembangunan rumah bahkan warna cat dengan kebahagiaan,
keselamatan dan kelapangan rizki. Ini yang dikenal dengan Hongsui. Ada juga kepercayaan
terhadap hari baik dan hari sial. Perbuatan syirik semacam itu agaknya akan
terus dilakukan oleh manusia hingga hari kiamat, kendati bentuknya berbeda-beda
dari waktu-kewaktu.
Dilihat dari intensitas
kemusyrikannya, syirik dapat dibagi menjadi dua : syirik besar dan syirik
kecil. Syirik besar (al-syirku al-akbar) menurut as-Sa’adi dalam kitab al-Qaulu
al-sadid diartikan : menjadikan bagi Allah sekutu (niddan) yang dia
berdo’a kepadanya seperti berdo’a kepada Allah, takut, harap dan cinta
kepadanya seperti kepada Allah atau melakukan suatu bentuk ibadah kepadanya
seperti ibadah kepada Allah. Syirik besar ada yang bersifat dzahirun jaliyun
(tampak nyata) seperti menyembah berhala, matahari, bulan bintang, benda-benda
tertentu atau mempertuhankan Isa al-Masih, dsb. Ada pula yang bersifat bathinun khafiyun (tersembunyi)
seperti berdo’a kepada orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan
kepadanya, minta disembuh dari penyakit, dihindarkan dari bahaya, dsb.
Sementara syirik kecil (al-Syirku
al-Asghor) mencakup semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa
seseorang kepada kemusyrikan selain syirik besar.
Syirik kecil bila terus menerus
dilakukan bisa menjerumuskan pelakunya kepada syirik besar. Diantara perbuatan
yang termasuk syirik kecil adalah :
1. Bersumpah dengan selain Allah
“Barang
siapa yang bersumpah selain nama Allah dia telah kufur atau syirik.” (HR. at-Tirmidzi)
2. Memakai Jimat
“Barang
siapa yang menggantung diri pada tangkal maka Allah tidak akan menyempurnakan
(Imannya), dan barang siapa yang menggantungkan diri kepada azimat maka Allah
tidak akan mempercayakan kepadanya.” (HR.
Ahmad)
“Bahwasannya
Rasulullah pernah melihat seseorang memakai gelang kuningan di tangannya.
Beliau bertanya :’Apakah ini?’, ‘Penolak lemah’, jawab orang itu. Maka Nabi
berkata : ‘Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah penyakit dan kalau kamu
mati dengan gelang itu masih melekat ditubuhmu, niscaya kamu tidak akan bahagia
selama-lamanya (masuk neraka).” (HR.
Ahmad)
“Bahwasannya Rasullah melihat
seseorang memakai benang ditangannya guna menolak sakit panas, maka benang itu
diputuskannya seraya membacakan firman Allah, ‘Dan kebanyakan mereka tidak
beriman kepada Allah, kecuali mereka itu hanyalah orang-orang musyrik.’ (QS.
Yusuf [12] : 106).”
(HR. Ahmad)
“Barang siapa yang
menggantungkan diri pada azimat maka dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad)
“Sesungguhnya mantra, azimat dan
guna-guna itu adalah perbuatan syirik.” (HR. Ibnu Hibban)
3. Sihir
“Barang siapa yang membuat satu
simpul kemudian dia meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir. Barang siapa
menyihir, sungguh ia terlah berbuat syirik.” (HR. Nasai)
4. Astrologi/Ramalan
“Barang siapa yang mempelajari
salah satu cabang dari perbintangan, maka dia telah mempelajari sihir.” (HR. Abu Dawud)
“Allah telah menciptakan bintang
ini untuk tiga keperluan, yakni hiasan langit, pelempar setan dan tanda-tanda
untuk penunjuk arah. Barang siapa mentakwilkan bintang-bintang itu diluar
ketiga hal itu, maka ia telah melakukan kesalahan, berbuat sia-sia dan telah
menyia-nyiakan nasibnya serta memaksakan dirinya pada sesuatu tanpa dasar ilmu
pengetahuan.” (HR.
Bukhari)
“Thiyarah (penentuan nasib
dengan burung) itu adalah syirik, thiyarah itu adalah syirik.” (HR. Tirmidzi)
5. Bernazar kepada
selain Allah
“Barangsiapa yang bernazar untuk
berbuat taat kepada Allah maka hendaklah dia laksanakan nazarnya itu, dan
barang siapa bernazar untuk mendurhakai Allah, maka janganlah dia
mendurhakai-Nya” (HR.
Bukhari)
Menyembelih binatang atau
persembahan korban kepada selain Allah.
“Dari Ali, Rasulullah bersabda
kepadaku dengan empat kalimat, yaitu Allah melaknat orang yang menyembelih
untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya,
Allah melaknat orang yang melindungi penjahat dan Allah melaknat orang yang
mengubah batas tanah miliknya.” (HR. Muslim)
6. Riya’
“Sesungguhnya sesuatu yang
paling aku takuti terjadi pada kalian adalah al-Syirku al-Asghar (syirik
kecil). Sahabat bertanya, apa syirik kecil itu, ya Rasulullah? Rasulullah
menjawab, Riya.”
(HR. Ahmad)
7. Ikut-ikutan
Syirik dalam
berbagai bentuknya, jelas-jelas sangat ditentang Islam. Syirik adalah lawan
dari tauhid. Islam ingin menegakkan tauhid seraya memerangi syirik. Tapi
mengapa banyak orang yang melakukan syirik dan mempercayai segenap ramalan,
sihir, kepercayaan tanpa dasar terhadap ulasan-ulasan semacam hongsui dan fengsui/ Jawabnya selain miskinnya tauhid,
juga karena ikut-ikutan. Hampir bisa dipastikan bahwa perbuatan yang tidak
rasional itu berkembang dari mulut ke mulut, dari orang ke orang, lantas bila
berkembang semakin massif, kebiasaan itu berubah menjadi tradisi yang cenderung
akan dipertahankan terus menerus secara turun menurun. Maka, ketika orang melakukan
itu semua bukan lagi atas dasar pertimbangan ilmu dan akal sehat, tetapi semata
tradisi. Kecenderungan semacam ini memang terjadi sejak dulu. Sebagaimana
firman Allah :
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia
berkata kepada bapaknya dan kaumnya : ‘Apakah yang kamu sembah?’ Mereka
menjawab, ‘Kami menyembah berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya’
Berkata Ibrahim : ‘Apakah berhala-hala itu mendengar (do’a)mu sewaktu kamu
berdo’a (kepadanya), atau dapatkah mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi
mudharat?’ Mereka menjawab : ‘(bukan karena itu) sebenarnya kami mendapti nenek
moyang kami telah berbuat demikian.” (QS. as-Syu’ara [ ] : 69-74)
Neraka Balasannya
Jelas, syirik adalah dosa amat besar
yang tidak terampunkan dosanya disisi Allah. Karena siapa saja yang melakukan
syirik, hakekatnya idak ada lagi tauhid didalam dirinya.
“Barang
siap yang datang kpada ‘Arraf (peramal) atau kepada kahin (dukun) dan ia
membenarkan apa yang dikatakannya, maka berarti ia telah kafir terhadap wahyu
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad” (HR.Empat Sunan)
Telah kafir terhadap wahyu, wahyu
yang mana/ Tentu semua wahyu yang terdapat dalam al-Qur’an maupun al-hadits.
Beberapa diantaranya, adalah:
“….
Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari
Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS. al-A’raf [ ] :
131)
“Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rizki kepada siap
yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS. al-Isra’ [ ] : 30)
“Dan
janganlah kamu menyembah apapun yang tidak memberi manfaat dan juga tidak
memberi mudharat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu melakukan hal demikian
itu sesungguhnya kamu termasuk orang yang zalim. Jika Allah menimmpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat
menolak Karuna-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Yunus [ ] : 106-107).
Maka resiko syirik sangat berat,
dari “yang paling ringan” tertolak ibadah sholatnya selama 40 haridan semua
amal baiknya, dihukum didunia dengan cara dipenggal lehernya, hingga yang
terbrat divonis sebagai ahli neraka karena dosa yang terampuni tadi.
“Barang siapa datang kepada
tukang ramal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang
dikatakannya, tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari” (HR.Muslim)
“Akulah yang paling tidak memerlukan sekutu, barang
siapa yang melakukan amalan yang menyekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku
berlepas diri darinya, maka amalannya itu untuk sekutu itu” (Hadits Qudsi Riwayat Muslim)
“Jauhilah tujuh perkara yang merusak”. Para sahabat bertanya, “Apakah ketujuh perkara itu, ya Rasulallah?” Rasulullah menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali secara haq, makan riba, makan harta anak yatim,
meninggalkan medan perang, dan menuduh zinah terhadap wanita yang suci” (HR. Bukhari Muslim)
“Hukuman buat tukang sihir
adalah dipenggal lehernya” (HR. Tirmizi)
“Barang siapa menghadap Allah
dalam keadaan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka dia masuk
surga; dan barangsiapa menghadap Allah dalam keadaan mempersekutukan-Nya maka
dia akan masuk neraka” (HR.
Muslim)
“Tiga (macam) yang tidak akan
masuk surga, yakni pemabuk, pemuts hubungan silaturahmi dan orang yang
membenarkan (mempercayai) sihir” (HR.Ahmad)
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dpsa syirki, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. an-Nisa [ ] : 4)
“Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya adalah neraka, tidak ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolong” (QS.
al-Maidah [ ] : 72)
Yang Paling Baik
Bila demikian, apa yang terbaik
harus kita lakukan? Sesuai petunjuk al-Qur’an, yang terbaik adalah senatiasa
memurnikan tauhid dan membersihkan dari syirik. Bila secara sengaja atau tidaj
sengaja, kita pernah melakukan syirik, segera tinggalkan syirik itu dan
bertobat. Pintu tobat masih terbuka untuk semua bentuk kesalahan selama ajal
belum menjelang. Dan Allah pasti akan menerima tobat dari siapapun yang
sungguh-sungguh bertobat.
“Katakanlah : Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. az-Zumar [ ] : 53)
Sikap terbaik berikutnya adalah
tawakal. Tawakal muncul dari keyakinan seorang muslim terhadap qudrah
(kekuasaan) dan iradah (kehendak) Allah. Bahawabila Allah berkehendak
menimpakan kemudharatan, tak satupun yang dapat menghindarkannya selain Dia,
dan bila Allah menghendaki karunia maka tak satupun juga yang dapat menolaknya.
Di akhirat nanti, atas mudharat ataupun manfaat yang kita terima, tidak akan
dimintai pertanggungjawaban.
Selain
itu, secara rasional kita berusaha menempuh jalan terbaik, disertai do’a agar
kita mendapat karunia dan dihindarkan dari bencana. Setelah itu, yang harus
pula kita lakukan adalah optimis. Bahwa kita mendapatkan yang terbaik dalam
hidup ini. Kalaulah sekali waktu mendapatkan mudharat, sepanjang kita menjalani
hidup dengan landasan aqidah islam dan ketaatan pada Allah, niscaya kebaikan
akan diperoleh di akhirat secara kekal. Ingatlah kata Rasulullah,
“Yang paling baik adalah rasa optimis, dan optimis itu
tidak akan menggagalkan orang Isalm. Maka jika seseorang diantara kamu melihat
sesuatu yang tidak menyenangkan, ucapkanlah: “Allahumma la ya’ti bi al hasanati
illa anta, wa la yadfau al-sayyiati illa anta, wa la hawla wal quwwata illa
bika” (Ya Allah, hanya Engkau Yang Maha mendatangkan kebaikan-kebaikan dan
hanya Engkau pula Yang Maha menolak segala ketidakbaikan. Tidak ada daya dan
tidak ada kekuatan kecuali hanya karena-Mu” (HR. Abu Dawud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar