Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Rabu, 29 Desember 2010

Gurita dan Garuda

Prit...prit.. pritt.. Pertandingan antara Indonesia dan Malaysia baru saja berakhir. Uforia tentunya ada di pihak Malaysia. Sementara Indonesia bersedih dan berderai iar mata. Tim Garuda yang diharapkan bisa "memukul balik" tim Malaysia malah tergulung di babak final. meskipun Indonesia menang 2-1, namun masih kalah agregat gol dari Malaysia, yaitu 4-2 untuk Malaysia.
Namun ada hal yang menarik yang patut untuk dicermati. hal yang ada di balik pertandingan antara Indonesia dan Malaysia.
Ramalan gurita "Gudel" yang meramalkan Indonesia bakal menang pada leag ke-2 ketika berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno agaknya memang terbukti. Hal ini tentunya akan menimbulkan beberapa tanggapan dan efek pada diri manusia, terutama bagi para pendukung Timnas dan para pecinta bola di tanah air. Belum lagi Judi Bola yang tentunya semakin merambah dengan adanya ramalan ini.
Di dunia yang semakin Modern ini, masih saja terdapat hal2 yang berada di luar logika yang dilakukan oleh manusia. Modernisasi yang sedemikian maju ternyata belum mampu untuk menghilangkan hal-hal yang berbau Syirik. justru praktek syirik makin beredar di masyarakat. Mulai dari yang diiklankan di secara terang-terangan di televisi maupun yang tersembunyi
Sekilas, ramalan mengenai hal-hal yang berada di luar jangkauan kita terlihat seperti tidak bermasalah atau tidak mempunyai dampak yang begitu berarti. apalagi dengan dalih kebebasan berpendapat, semua jadi dibenarkan. Meskipun hal tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat atau bahkan tidak berdasar sama sekali.
Sebenarnya, kalau kita cermati lebih mendalam mengenai ramalan gurita 'Gudel", maka kita akan mendapatkan sebuah jawaban bahwa manusia masih membutuhkan hal yang lebih besar yang ada di luar diri manusia. Hal itulah yang sebenarnya merupakan Fitrah bagi manusia. Fitrah yang sudah ada tidak akan hilang hingga orang tersebut mati. namun, seiring dengan banyaknya pengaruh pada diri manusia maka fitrah tersebut bisa berbalik dan membelot kepada yang tidak seharusnya. percaya kepada hal2 yang syirik merupakan salah satu bentuk penyimpangan tersebut. Namun dengan sendirinya hal ini justru menunjukkan bahwa diri manusia masih membutuhkan Dzat yang melebihi dirinya dalam segala hal, yaitu Allah swt.
hal inilah yang seharusnya dijadikan pemikiran bagi manusia. barangkali kita perlu mengingat kisah Ibrahim dalam proses pencarian Tuhannya. Ketika ia melihat bulan, matahari, ia mengatakan aku tidak menyukai jika sesuatu (matahari/bulan) tersebut hilang. Bulan dan matahari memiliki masa waktu muncul dan tenggelam. keduannya tidak bisa selamanya menyinari bumi dan alam semesta. lalu bagaimana kita bisa percaya kepada seekor "Gudel" yang tidak punya arti apa2 ? bahkan untuk menolong dirinya sendiri pun tidak bisa. Gurita mempunyai masa waktu sama seperti manusia, bisa meninggal kapan pun, bahkan kedudukannya lebih rendah dari manusia, lalu bagaimana kita bisa mempercayai sesuatu yang lebih rendah kedudukannya dari manusia ? apa kita rela jika kita (manusia) dikatakan kedudukannya lebih rendah dari hewan ? Dan apakah tidak lebih baik jika kita beriman/ mengimani kepada Pencipta "Gudel' tersebut ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar